BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sejarah
merupakan rangkaian masa lalu yang bermakna bagi kehidupan manusia, baik untuk
masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kesadaran akan sejarah perlu
ditumbuhkembangkan agar bisa mengenali jati diri dan menjadi masyarakat yang
tidak mudah tergoyahkan dalam era globalisasi yang embawa pengaruh sedemikian
kuat sehingga mampu menggeser nilai-nilai kehidupan. Sejarah yang akan kami
bahas dalam hal ini berkaitan dengan cerita tradisional yang ada disebuah
daerah tertentu.
Banyak
jenis dari cerita tradisional, diantaranya ada legenda, mitos, dongeng rakyat,
epos, dan sebagainya. Untuk itu perlu diketahui perbedaan dari masing-masing
cerita tradisional tersebut. Namun, meskipun berbeda keempat cerita tersebut
saling berkaitan satu sama lainnya.
Pada
kesempatan kali ini, tim penulis melakukan observasi mengenai cerita
tradisional yang ada disebuah tempat yaitu desa Barongan. Alasan memilih desa
Barongan karena pernah kami dengar bahwa di desa tersebut mempunyai
makam/punden kramat yang konon katanya berhubungan dengan asal-usul nama desa
Barongan. Selain itu warga desa tidak boleh menyembelih ayam putih mulus serta
jika ada pendatang baru yang ingin menetap tinggal di desa tersebut, maka
mereka harus mengunjungi makam untuk meminta ijin kepada sesepuh desa tersebut.
Sastra tradisional
menceritakan tentang cerita pada masa lampau yang masih berlanjut sampai
sekarang untuk dilestarikan. Berbagai cerita tradisional tersebut dewasa ini
telah banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis,
antara lain dimaksudkan agar cerita itu tidak hilang dari masyarakat mengingat
kondisi masyarakat yang telah berubah (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Dengan demikian, tim
penulis sangat tertarik untuk mencari tahu kebenaran makam dan mitos-mitos yang
ada di desa Barongan. Apakah hal itu memang terbukti bagi warga desa tersebut?
Selain itu, kami juga akan melakukan observasi mengenai cerita tradisional
lainnya yang ada di desa Barongan. Dongeng rakyat yang ada di desa Barongan
tidak dibukukan, namun cerita tersebut diceritakan secara turun-menurun dari
mulut ke mulut. Untuk itu tim penulis melakukan observasi guna mengetahui
dongeng rakyat yang ada di desa Barongan dan sebagai bukti bahwa masyarakat
memang mengetahui dongeng rakyat tersebut.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam
observasi ini yang menjadi permasalahan bagi penulis untuk diamati yaitu:
1. Bagaimana
legenda tentang desa barongan?
2. Bagaimana
mitos yang ada di desa Barongan?
3. Bagaimana
dongeng rakyat tentang desa Barongan?
4. Bagaimana
epos yang ada di desa Barongan?
C. Tujuan
Adapun
tujuan penulis melakukan observasi ini adalah untuk melestarikan cerita
tradisional yang berkaitan dengan desa Barongan. Secara khusus tujuan yang
ingin dicapai dalam observasi ini sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui legenda (asal-usul) desa Barongan.
2. Untuk
mengetahui mitos apa saja yang ada di desa Barongan.
3. Untuk
mengetahui bagaimana dongeng rakyat yang berkembang di desa Barongan.
4. Untuk
mengetahui cerita epos yang dimiliki desa Barongan.
D. Manfaat
Manfaat
yang diharapkan dari observasi ini, adalah:
1. Bagi
penulis
Merupakan alat pengembangan pembelajaran
mengenai sastra tradisional (khususnya cerita legenda, mitos, dongeng rakyat,
dan epos) agar dapat dijadikan sebagi pengetahuan yang nantinya di sampaikan
kepada murid-muridnya ketika sudah menjadi seorang guru.
2. Bagi
masyarakat
Desa Barongan dapat digunakan untuk
pengetahuan bahwa di desanya memiliki sosok wali yang harus dihormati meskipun sudah
wafat serta mengabdikan cerita tradisional yang ada di desanya secara
turun-temurun.
3. Bagi
instansi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam
pembelajarannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Profil Desa
Barongan
Desa
Barongan
|
Dusun
|
Dusun I
|
Dukuh
Barongan
Lor
|
Dusun II
|
Dukuh
Barongan
Kidul
|
Dusun III
|
Dukuh
Kerjanan dan Kramat Rejo/Kramat Kecil
|
Dusun IV
|
Dukuh
Karang Nongko
|
Dusun
V
|
Dukuh
Dhalangan
|
1. Luas
Luas wilayah desa Barongan adalah 33,34
Ha, terdiri dari:
Tanah pekarangan
dan perumahan : 19,07 Ha
Tanah sawah : - Ha
Tanah sawah
tadah hujan : - Ha
Tanah
tegalan/lambiran :
- Ha
Lain-lain :
14,27 Ha
2. Batas:
Sebelah Utara : desa Kaliputu
Sebelah Timur : desa Burikan, Kramat
Sebelah Selatan : desa Panjunan
Sebelah Barat : desa Singocandi, Glantengan
3. Jarak
dan waktu tempuh:
Jarak ke ibukota
kecamatan : 1 Km
Waktu tempuh ke
kecamatan : 5 menit
Jarak ke ibukota
kabupaten : 1 Km
Waktu tempuh ke
kabupaten : 5 menit
4. Ketinggian:
Sebagaimana desa-desa lain di kecamatan
Kota, desa Barongan terletak pada ketinggian rata-rata 31 M di atas permukaan
air laut.
5. Iklim:
Desa Barongan beriklim tropis dan
bertemperatur sedang.
B. Legenda
Berdasarkan
teori bahwa legenda adalah cerita yang mengisahkan sejarah suatu tempat atau
peristiwa zaman dahulu silam. Legenda mengisahkan tentang seorang tokoh,
keramat dan sebagainya (Yani, 2013).
Legenda
desa
Barongan
|
Versi
pak Edi
|
Versi
pak Gito
|
Mengenai
legenda di desa Barongan ada 2 versi.
1.
Versi pertama
menurut pak Edi (sesepuh desa), beliau mengatakan dahulu ada seorang wali yang
berasal dari Ngerum (Makkah). Beliau masuk ke Indonesia pada abad 11. Beliau
juga sebagai penasehat para wali. Beliau masuk ke Indonesia menuju Majapahit
terlebih dahulu dengan tujuan belajar bahasa. Setelah selesai belajar bahasa,
kemudian beliau masuk ke Jepara dan melanjutkan perjalanan ke Kudus. Setelah
sampai di Kudus, beliau mulai mensyiarkan agama islam. Sampai akhirnya, beliau
berada di sebuah desa yang sekarang bernama desa Barongan. Setelah lama
mensyiarkan Islam, beliau diketahui meninggal di bawah pring besar yang pada
jaman dahulu pohon ini dinamakan “Barong”. Dari situlah nama desa Barongan
diambil.
2.
Versi kedua
menurut Mbah Gito (tokoh masyarakat desa) mengatakan bahwa beliau berasal dari
kerajaan Majapahit yang kemudian mulai mensyiarkan agama Islam sambil
berdagang. Mbah Kyai Barong dikenal sebagai guru besar sunan Kudus dan sunan Muria.
Saat beliau mensyiarkan agama di daerah tersebut, banyak orang yang tertarik
terhadap ajaran-ajarannya. Ketertarikan itulah, mengakibatkan banyak orang yang
mengikuti dan menjadi murid Mbah Kyai Barong untuk memperdalam agama Islam.
Murid-murid beliau ini berasal dari beberapa daerah di kota Kudus. Saat belajar
mereka sangat tertarik dengan salah satu
agama yang disyiarkan beliau. Beliau wafat tidak diketahui secara pasti.
Namun, letak makamnya itu di bawah pohon “Pring” (bambu) yang besar. Pohon pring
yang besar itu namanya “Barong”. Sehingga beliau dikenal dengan nama “Mbah Kyai
Barong”. Letaknya di bawah pohon pring karena dulunya daerah mulai dari
Nitisemito sampai Kaligelis terdapat banyak pohon pring yang sangat lebat.
Kemudian sebelum wafat, beliau berpesan kepada muridnya untuk menamakan tempat
tersebut dengan sebutan desa “Barongan”. Jadi, dinamakan desa Barongan itu
bukan karena terdapat banyak barongan (kesenian) di daerah tersebut, melainkan
karena letak makam wali tersebut di bawah pohon pring yang besar yaitu
“Barong”.
Berdasarkan hasil angket, sebesar 65% dari 40
warga yang mengatakan setuju mengenai legenda tersebut. Artinya, warga setuju
bahwa asal usul desa Barongan memang berawal dari seorang tokoh ulama bernama
Mbah Kyai Barong yang mensyiarkan agama Islam di tempat tersebut. Nama desa
Barongan sendiri diambil dari tempat meninggalnya Mbah Kyai Barong di bawah
pohon pring besar yang dinamakan “Barong”. Sebesar 27% warga mengatakan kurang
setuju nama desa Barongan diambil dari tempat meninggalnya Mbah Kyai Barong
melainkan kesenian Barongan yang disenangi murid-muridnya. Sebesar 8% warga mengatakan tidak tahu, karena mereka
belum pernah mendengar cerita tentang legenda desa Barongan.
Dapat
simpulkan bahwa legenda desa Barongan yaitu berawal dari sosok Mbah Kyai Barong
yang berasal dari Ngerum (Makkah), beliau masuk ke Indonesia pada abad ke-11.
Sebelum masuk ke Kudus, beliau belajar bahasa ke Majapahit. Di kota Kudus
beliau menyiarkan agama Islam, dan ajarannya itu diterima dan banyak disukai
oleh masyarakat. Dan akhirnya beliau meninggal dibawah pohon pring yang besar
(Barong), sehingga tempat itu dinamakan desa “Barongan”. Tidak semua warga desa
mengetahui cerita tentang legenda desa Barongan. Hal ini dikarenakan sebagian
besar warganya bukan penduduk asli desa Barongan.
C. Mitos
Burhan
Nurgiyantoro (dalam Makaryk, 1995: 596) mengemukakan bahwa mitos merupakan cerita masa lampau yang
dimilki oleh bangsa bangsa di dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita
yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supernatural yang lain,
juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.
Mitos
di desa Barongan
|
Makam
Mbah Kyai Barong
|
Ayam
putih mulus
|
Larangan
mengambil benda di makam
|
Perintah berziarah
|
No
|
Larangan
|
Hukuman
|
Waktu
Pelaksanaan
|
1
|
Menyembelih ayam putih mulus.
|
Tidak ada,
hanya saja ayam itu tidak akan matang.
|
Selametan
untuk dibawa ke makam Mbah Kyai Barong.
|
2
|
Perintah berziarah di makam Mbah Kyai
Barong.
|
Tidak ada,
mereka berziarah khususnya bagi yang muslim dan punya sugesti tentang hal
tersebut.
|
Pada waktu
ingin menetap tinggal di desa tersebut. Namun pada hari Jumat atau hari
lainnya juga ada warga yang berziarah.
|
3
|
Larangan
mengambil benda-benda di makam.
|
Mendapat
musibah.
|
Kapan saja.
|
Setiap
desa biasanya memiliki mitos tersendiri. Begitu pula dengan desa Barongan. Di
desa barongan terdapat beberapa mitos:
1. Di
desa Barongan terdapat larangan menyembelih “Ayam mulus putih”. Alasan larangan
tersebut karena dahulu Mbah Kyai Barong mendapat titipan untuk memberikan
hadiah yang berupa ayam putih mulus kepada sunan Muria. Namun, karena
kelalaiannya ayamnya lepas. Dan akhirnya ayam itu dapat kembali. Meskipun ayam
itu sudah ditemukan, namun sebagai rasa penghormatan hadiah untuk sunan Muria
maka di desa Barongan ada larangan menyembelih ayam putih mulus.
2. Mbah
Kyai Barong dikatakan dapat mengayomi masyarakat. Banyak para peziarah yang
datang ke makam Mbah Kyai Barong, khususnya pada malam Jumat. Bahwa setiap
orang yang bertempat tinggal di desa Barongan terlebih dahulu harus berziarah
ke makam tersebut. Jika tidak orang itu tidak akan betah untuk tinggal di desa
itu.
3. Larangan
bagi siapa yang mengambil benda apapun yang ada di makam Mbah Kyai Barong maka
ia akan mendapatkan musibah, seperti sakit.
Berdasarkan
hasil angket yang telah disebar, ada 65% warga yang mengatakan biasa saja
mengenai mitos tersebut. Maksudnya, dari ketiga mitos tersebut tergantung sugesti
yang diyakini seseorang. Untuk larangan menyembelih ayam putih mulus bagi warga
yang sudah mengetahui biasanya dilaksanakan karena memang sudah terbukti jika ayam tersebut disembelih maka ayamnya
tidak akan matang. Namun hal tersebut tidak membuat warga meyakini semuanya,
karena hal tersebut bersifat sugesti. Sedangkan perintah berziarah ke makam
Mbah Kyai Barong sebelum menetap tinggal di desa tersebut, tidak dijadikan
sebagai keyakinan bahwa hal tersebut harus dilaksanakan. Perlu diketahui, di desa
Barongan ada yang beragama non muslim juga, sehingga mereka juga tidak meyakini
untuk berziarah karena tidak ada perintah dalam agamanya. Bagi orang muslim
perintah berziarah merupakan hal yang biasa saja karena hal tersebut memang
diperintahkan dalam agamanya dan sebagai bentuk penghormatan pada orang yang
sudah meninggal. Serta untuk mitos yang ketiga tentang larangan mengambil
benda-benda yang ada di makam Mbah Kyai Barong memang benar, karena mengambil
barang yang bukan milik sendiri memang tidak boleh.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa desa Barongan memiliki tiga mitos, yaitu larangan
menyembelih ayam putih mulus, perintah berziarah di makam Mbah Kyai Barong, dan
larangan mengambil benda apapun yang ada di makam Mbah Kyai barong. Dari ketiga
mitos tersebut, masyarakat ada yang percaya ada juga yang tidak. Karena perlu
diketahui bahwa mitos itu sifatnya sugesti (tergantung kepercayaan orang itu
sendiri). Sehingga hukuman jika melanggar mitos tersebut bisa dirasakan bagi
yang memang percaya akan mitos tersebut.
D. Dongeng Rakyat
Berdasarkan
teori, bahwa dongeng rakyat merupakan cerita masa lampau yang diceritakan oleh
orangtua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat
variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama (Burhan Nurgiyantoro, 2010:
22).
Dongeng
rakyat
|
Kesenian
Barongan
|
Mbah Kyai Barong
|
Di
desa Barongan mempunyai dongeng rakyat yang diceritakan secara turun-temurun.
Dongeng yang ada di desa Barongan yaitu:
1. Mbah
Kyai Barong
Pada zaman dahulu, di desa Barongan ada
sosok seorang ulama yang bernama Mbah Kyai barong. Beliau itu orangnya baik,
hidupnya sederhana, tidak membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin.
Beliau di desa Barongan itu mengajarkan agama islam. Beliau juga memiliki
seekor harimau yang sampai sekarang diwujudkan dalam bentuk kesenian Barongan.
Sekarang Mbah Kyai Barong sudah meninggal dan dimakamkan di desa Barongan.
Kesederhanaan Mbah Kyai Barong terbukti dari makam beliau yang hanya beralaskan
semen dan tidak adanya penutup.
2. Kesenian
Barongan
Di desa Barongan ada yang namanya kesenian barongan
karena dahulu itu ada sebuah cerita. Pada zaman dahulu Mbah Barong mempunyai
seekor harimau. Dari hal tersebut, murid-muridnya tertarik untuk membuat topeng
yang berwajah harimau (macan). Topeng tersebut dimainkan oleh murid-murid Mbah
Kyai Barong dengan diiringi musik gamelan. Sampai sekarang permainan tersebut
dikembangkan oleh penduduk desa Barongan yang dikenal dengan kesenian barongan.
Warga desa Barongan ketika mempunyai acara, ada yang menyewa kesenian barongan
untuk dimainkan sebagai bentuk hiburan. Namun, perlu diketahui bahwa kesenian
barongan tidak hanya ada di desa Barongan. Di beberapa desa yang ada di Kudus
juga mempunyai kesenian barongan yaitu desa Undaan, Ngloram, Nganguk, dan desa
Kaliputu. Itulah cerita tentang kesenian barongan di desa Barongan.
Berdasarkan
hasil angket yang telah disebar, ada 70% warga mengatakan setuju bahwa kedua
cerita tersebut dijadikan sebagai dongeng yang ada di desa Barongan. Selama ini
warga desa Barongan hanya percaya bahwa Mbah Kyai Barong adalah seorang Kyai
yang baik, mengajarkan agama islam, hidupnya yang sederhana, dan tidak
membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Cerita tentang Mbah Kyai
Barong tersebut adalah cerita yang diceritakan oleh warga desa Barongan kepada
anak-anaknya secara turun temurun. Mitos yang berkaitan dengan beliau, warga
tidak ingin Mbah Kyai Barong dikaitkan dengan seseorang yang menakutkan bagi
warga desa Barongan karena Mbah Kyai Barong adalah orang yang baik. Dongeng
rakyat kedua yang ada di desa Barongan yaitu kesenian barongan. Kesenian
barongan tidak hanya ada di desa Barongan, tetapi di beberapa tempat lainnya
juga dapat dijumpai tentang kesenian barongan. Kesenian barongan dijadikan
sebagai dongeng karena mengandung nilai hiburan.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa untuk sementara ini dongeng yang terdapat di desa
Barongan ada dua yaitu mengenai Mbah Kyai Barong dan kesenian barongan. Mbah
Kyai Barong dikenal sebagai orang yang baik, tidak dikaitkan dengan adanya
mitos yang berkembang di masyarakat desa Barongan. Karena mitos itu sifatnya
menakutkan dan tergantung sugesti seseorang. Sedangkan kesenian barongan menjadi
dongeng rakyat juga yang ada di desa Barongan sebagai bentuk cerita hiburan
dari orangtua kepada anaknya. Kesenian barongan pun tidak hanya ada di desa
Barongan tetapi konon katanya berasal dari desa Sukolilo, Pati yang kemudian
masuk ke kota Kudus melewati desa Wonosoco, Undaan menuju desa Ngloram, Wergu,
Nganguk, Barongan, dan Kaliputu.
Untuk
nilai-nilai yang dapat diambil dari kedua dongeng tersebut yaitu dapat
menerapkan karakter dan perbuatan dari sosok Mbah Kyai Barong yang baik, hidup
sederhana, tidak membedakan antara yang kaya dengan yang miskin, ajaran islam
yang disebarkan bagi yang meyakininya pada diri masing-masing. Untuk dongeng
yang kedua dapat diambil nilai hiburan yang tergambar dari kesenian barongan
tersebut dan mengenai topeng yang berwajah harimau tersebut dapat diartikan
sebagai karakter yang gagah dan bijaksana.
E. Epos
Dalam
sebuah teori, epos adalah sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi)
dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim. Epos berisi cerita
kepahlawan seorang tokoh hero yang luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun
kisah petualangan (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Epos
|
Buka
Luwur
|
Musik
Barongan
|
Mengenai
epos yang berkaitan dengan desa Barongan ada dua yaitu musik barongan dan acara
buka luwur.
1. Di
desa Barongan ada yang namanya kesenian Barongan. Kesenian barongan ini tidak
asli dari desa Barongan. Kesenian barongan ini dipentaskan dengan iringan musik
gamelan. (Bunyi musik gamelan terlampir dalam video).
2. Acara
buka luwur yang diperingati setiap tanggal 15 Muharrom. Tujuan dari acara buka
luwur yaitu mengganti kain mori yang ada di makam Mbah Barong. Dinamakan buka
luwur karena meninggalnya Mbah Barong tidak diketahui. Pada acara buka luwur
dilaksanakan di makam Mbah Kyai Barong. Sebelum tanggal 15 Muharrom, para warga
melakukan persiapan seperti membersihkan makam dan memasak makanan untuk
dibagikan ke warga sekitar. Dan pada malamnya acara diisi dengan penggantian
luwur pada makam Mbah Kyai Barong, pembacaan sholawat, baca al-qur’an, baca
tahlil dan sebagainya.
Bardasarkan hasil angket yang telah
disebar, bahwa ada 75% warga mengatakan setuju tentang kedua epos tersebut.
Musik barongan berkaitan dengan kesenian barongan yang digunakan untuk
mengiringi pementasan barongan. Musik tersebut sebagai salah satu bentuk musik
gamelan (Musik barongan terlampirkan dalam bentuk vidio). Sedangkan epos yang
kedua tentang buka luwur selalu ada pelaksanaannya setiap tanggal 15 Muharrom.
Masyarakat desa Barongan ada yang non muslim, sehingga acara pelaksanaan
tersebut hanya diikuti bagi yang memiliki keyakinan terhadap agama islam.
Jadi,
dapat disimpulkan bahwa epos yang terdapat di desa Barongan yaitu ada musik
barongan dan tradisi buka luwur. Memang mengenai epos yang ada di desa Barongan
tidak ada secara khusus yang membedakan antara desa Barongan dengan desa yang
lainnya.
Untuk nilai-nilai dalam epos desa
Barongan yaitu tentang musik barongan yang berarti memiliki nilai budaya dan
keindahan. Selain itu mengenai tradisi buka luwur berarti memiliki nilai
keagamaan, tradisi, dan kebersamaan dalam pelaksanaan acara buka luwur
tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Barongan
merupakan suatu desa yang berada di kecamatan kota kabupaten Kudus. Desa
Barongan terbagi menjadi lima dukuh yaitu Barongan Utara, Kramat Kecil, Karang
Nongko, Kerjanan, dan Dalangan.
Desa
Barongan mempunyai legenda, mitos, epos, dan dongeng rakyat. Legenda di desa
Barongan yaitu berawal dari kedatangan Mbah Kyai Barong yang berasal dari
Ngerum (Makkah). Sebelum masuk ke Kudus, beliau belajar bahasa ke Majahapit.
Dan akhirnya beliau meninggal dibawah pohon pring yang besar (Barong), sehingga
tempat itu dinamakan desa “Barongan”.
Di
desa Barongan terdapat tiga mitos yaitu larangan menyembelih ayam putih mulus
sebagai bentuk penghargaan untuk mbah kyai Barong, perintah untuk berziarah ke
makam mbah kyai Barong terlebih dahulu ketika ingin tinggal menetap di Barongan,
dan larangan mengambil benda yang ada di makam mbah kyai Barong.
Selain
itu desa Barongan mempunyai dongeng yaitu asal mula kesenian Barongan dan
cerita tentang Mbah Kyai Barong. Dan cerita tradisonal yang terakhir berkaitan
dengan desa Barongan yaitu epos, bahwa di desa Barongan ada dua epos yaitu
tradisi kesenian barongan dan tradisi buka luwur.
Sebagai
pendukung data yang telah kami dapatkan ketika wawancara dengan beberapa tokoh
desa tersebut, kami melakukan penyebaran angket ke beberapa warga di desa
tersebut yaitu sebanyak 40 orang. Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan
bahwa banyak warga desa mengetahui tentang legenda, mitos, epos, dan dongeng
rakyat desa Barongan, karena mereka bukan penduduk asli desa tersebut. Meskipun
ada beberapa hasil angket yang kurang sesuai dengan informasi yang kami
dapatkan, namun kami mencoba mengambil jalan tengah dalam menyimpulkan data.
B. Saran
Menurut
kami, seharusnya cerita tradisional mengenai desa Barongan ada yang membukukan.
Agar nantinya dapat dikenal masyarakat luas mengenai cerita tradisional yang
berada di desa Barongan.
Untuk
Dinas Pariwisata, seharusya membuat dokumentasi tentang cerita tradisional yang
berada di kota Kudus, khususnya tentang cerita tradisional yang berada di desa
Barongan. Serta para pembaca semoga
semakin terkesan dengan cerita tradisional yang telah kami sajikan. Saran dan
kritik terhadap buku ini kami butuhkan untuk perbaikan dalam karya kami
selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Nurgiyantoro,
Burhan. 2010. Sastra Anak:Pengantar
Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Yani.
2013. Pengertian Legenda. Terdapat
pada http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2357552-pengertian-legenda/. Diposting
tanggal 15 Februari 2013.
Sugiarto.
2011. Selayang Pandang Desa Barongan.
Kudus: Balai Desa Barongan Press.
ijin copas buat tugas kak, makasih
BalasHapus