Kamis, 10 Juli 2014

LEGENDA, MITOS, DONGENG DAN EPOS DESA BARONGAN



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sejarah merupakan rangkaian masa lalu yang bermakna bagi kehidupan manusia, baik untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang. Kesadaran akan sejarah perlu ditumbuhkembangkan agar bisa mengenali jati diri dan menjadi masyarakat yang tidak mudah tergoyahkan dalam era globalisasi yang embawa pengaruh sedemikian kuat sehingga mampu menggeser nilai-nilai kehidupan. Sejarah yang akan kami bahas dalam hal ini berkaitan dengan cerita tradisional yang ada disebuah daerah tertentu.
Banyak jenis dari cerita tradisional, diantaranya ada legenda, mitos, dongeng rakyat, epos, dan sebagainya. Untuk itu perlu diketahui perbedaan dari masing-masing cerita tradisional tersebut. Namun, meskipun berbeda keempat cerita tersebut saling berkaitan satu sama lainnya.
Pada kesempatan kali ini, tim penulis melakukan observasi mengenai cerita tradisional yang ada disebuah tempat yaitu desa Barongan. Alasan memilih desa Barongan karena pernah kami dengar bahwa di desa tersebut mempunyai makam/punden kramat yang konon katanya berhubungan dengan asal-usul nama desa Barongan. Selain itu warga desa tidak boleh menyembelih ayam putih mulus serta jika ada pendatang baru yang ingin menetap tinggal di desa tersebut, maka mereka harus mengunjungi makam untuk meminta ijin kepada sesepuh desa tersebut.
Sastra tradisional menceritakan tentang cerita pada masa lampau yang masih berlanjut sampai sekarang untuk dilestarikan. Berbagai cerita tradisional tersebut dewasa ini telah banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis, antara lain dimaksudkan agar cerita itu tidak hilang dari masyarakat mengingat kondisi masyarakat yang telah berubah (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Dengan demikian, tim penulis sangat tertarik untuk mencari tahu kebenaran makam dan mitos-mitos yang ada di desa Barongan. Apakah hal itu memang terbukti bagi warga desa tersebut? Selain itu, kami juga akan melakukan observasi mengenai cerita tradisional lainnya yang ada di desa Barongan. Dongeng rakyat yang ada di desa Barongan tidak dibukukan, namun cerita tersebut diceritakan secara turun-menurun dari mulut ke mulut. Untuk itu tim penulis melakukan observasi guna mengetahui dongeng rakyat yang ada di desa Barongan dan sebagai bukti bahwa masyarakat memang mengetahui dongeng rakyat tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Dalam observasi ini yang menjadi permasalahan bagi penulis untuk diamati yaitu: 
1.      Bagaimana legenda tentang desa barongan?
2.      Bagaimana mitos yang ada di desa Barongan?
3.      Bagaimana dongeng rakyat tentang desa Barongan?
4.      Bagaimana epos yang ada di desa Barongan?

C.    Tujuan
Adapun tujuan penulis melakukan observasi ini adalah untuk melestarikan cerita tradisional yang berkaitan dengan desa Barongan. Secara khusus tujuan yang ingin dicapai dalam observasi ini sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui legenda (asal-usul) desa Barongan.
2.      Untuk mengetahui mitos apa saja yang ada di desa Barongan.
3.      Untuk mengetahui bagaimana dongeng rakyat yang berkembang di desa Barongan.
4.      Untuk mengetahui cerita epos yang dimiliki desa Barongan.

D.    Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari observasi ini, adalah:
1.      Bagi penulis
Merupakan alat pengembangan pembelajaran mengenai sastra tradisional (khususnya cerita legenda, mitos, dongeng rakyat, dan epos) agar dapat dijadikan sebagi pengetahuan yang nantinya di sampaikan kepada murid-muridnya ketika sudah menjadi seorang guru.
2.      Bagi masyarakat
Desa Barongan dapat digunakan untuk pengetahuan bahwa di desanya memiliki sosok wali yang harus dihormati meskipun sudah wafat serta mengabdikan cerita tradisional yang ada di desanya secara turun-temurun.
3.      Bagi instansi pendidikan
Dapat dijadikan sebagai salah satu bahan acuan dalam pembelajarannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Profil Desa Barongan
Desa Barongan
Dusun
Dusun  I
Dukuh Barongan
Lor
Dusun  II
Dukuh Barongan
Kidul
Dusun  III
Dukuh Kerjanan dan Kramat Rejo/Kramat Kecil

Dusun  IV
Dukuh Karang Nongko
Dusun V
Dukuh Dhalangan

1.      Luas
Luas wilayah desa Barongan adalah 33,34 Ha, terdiri dari:
*      Tanah pekarangan dan perumahan            : 19,07 Ha
*      Tanah sawah                                             :           - Ha
*      Tanah sawah tadah hujan                          :           - Ha
*      Tanah tegalan/lambiran                             :           - Ha
*      Lain-lain                                                    : 14,27 Ha
2.      Batas:
*      Sebelah Utara        : desa Kaliputu
*      Sebelah Timur       : desa Burikan, Kramat
*      Sebelah Selatan     : desa Panjunan
*      Sebelah Barat        : desa Singocandi, Glantengan

3.      Jarak dan waktu tempuh:
*      Jarak ke ibukota kecamatan          : 1 Km
*      Waktu tempuh ke kecamatan        : 5 menit
*      Jarak ke ibukota kabupaten           : 1 Km
*      Waktu tempuh ke kabupaten        : 5 menit
4.      Ketinggian:
Sebagaimana desa-desa lain di kecamatan Kota, desa Barongan terletak pada ketinggian rata-rata 31 M di atas permukaan air laut.
5.      Iklim:
Desa Barongan beriklim tropis dan bertemperatur sedang.


B.     Legenda
Berdasarkan teori bahwa legenda adalah cerita yang mengisahkan sejarah suatu tempat atau peristiwa zaman dahulu silam. Legenda mengisahkan tentang seorang tokoh, keramat dan sebagainya (Yani, 2013).

Legenda
desa Barongan
Versi pak Edi
Versi pak Gito
 

Mengenai legenda di desa Barongan ada 2 versi.
1.        Versi pertama menurut pak Edi (sesepuh desa), beliau mengatakan dahulu ada seorang wali yang berasal dari Ngerum (Makkah). Beliau masuk ke Indonesia pada abad 11. Beliau juga sebagai penasehat para wali. Beliau masuk ke Indonesia menuju Majapahit terlebih dahulu dengan tujuan belajar bahasa. Setelah selesai belajar bahasa, kemudian beliau masuk ke Jepara dan melanjutkan perjalanan ke Kudus. Setelah sampai di Kudus, beliau mulai mensyiarkan agama islam. Sampai akhirnya, beliau berada di sebuah desa yang sekarang bernama desa Barongan. Setelah lama mensyiarkan Islam, beliau diketahui meninggal di bawah pring besar yang pada jaman dahulu pohon ini dinamakan “Barong”. Dari situlah nama desa Barongan diambil.

2.        Versi kedua menurut Mbah Gito (tokoh masyarakat desa) mengatakan bahwa beliau berasal dari kerajaan Majapahit yang kemudian mulai mensyiarkan agama Islam sambil berdagang. Mbah Kyai Barong dikenal sebagai guru besar sunan Kudus dan sunan Muria. Saat beliau mensyiarkan agama di daerah tersebut, banyak orang yang tertarik terhadap ajaran-ajarannya. Ketertarikan itulah, mengakibatkan banyak orang yang mengikuti dan menjadi murid Mbah Kyai Barong untuk memperdalam agama Islam. Murid-murid beliau ini berasal dari beberapa daerah di kota Kudus. Saat belajar mereka sangat tertarik dengan salah satu  agama yang disyiarkan beliau. Beliau wafat tidak diketahui secara pasti. Namun, letak makamnya itu di bawah pohon “Pring” (bambu) yang besar. Pohon pring yang besar itu namanya “Barong”. Sehingga beliau dikenal dengan nama “Mbah Kyai Barong”. Letaknya di bawah pohon pring karena dulunya daerah mulai dari Nitisemito sampai Kaligelis terdapat banyak pohon pring yang sangat lebat. Kemudian sebelum wafat, beliau berpesan kepada muridnya untuk menamakan tempat tersebut dengan sebutan desa “Barongan”. Jadi, dinamakan desa Barongan itu bukan karena terdapat banyak barongan (kesenian) di daerah tersebut, melainkan karena letak makam wali tersebut di bawah pohon pring yang besar yaitu “Barong”.


  Berdasarkan hasil angket, sebesar 65% dari 40 warga yang mengatakan setuju mengenai legenda tersebut. Artinya, warga setuju bahwa asal usul desa Barongan memang berawal dari seorang tokoh ulama bernama Mbah Kyai Barong yang mensyiarkan agama Islam di tempat tersebut. Nama desa Barongan sendiri diambil dari tempat meninggalnya Mbah Kyai Barong di bawah pohon pring besar yang dinamakan “Barong”. Sebesar 27% warga mengatakan kurang setuju nama desa Barongan diambil dari tempat meninggalnya Mbah Kyai Barong melainkan kesenian Barongan yang disenangi murid-muridnya. Sebesar  8% warga mengatakan tidak tahu, karena mereka belum pernah mendengar cerita tentang legenda desa Barongan.
Dapat simpulkan bahwa legenda desa Barongan yaitu berawal dari sosok Mbah Kyai Barong yang berasal dari Ngerum (Makkah), beliau masuk ke Indonesia pada abad ke-11. Sebelum masuk ke Kudus, beliau belajar bahasa ke Majapahit. Di kota Kudus beliau menyiarkan agama Islam, dan ajarannya itu diterima dan banyak disukai oleh masyarakat. Dan akhirnya beliau meninggal dibawah pohon pring yang besar (Barong), sehingga tempat itu dinamakan desa “Barongan”. Tidak semua warga desa mengetahui cerita tentang legenda desa Barongan. Hal ini dikarenakan sebagian besar warganya bukan penduduk asli desa Barongan.



C.    Mitos
Burhan Nurgiyantoro (dalam Makaryk, 1995: 596) mengemukakan  bahwa mitos merupakan cerita masa lampau yang dimilki oleh bangsa bangsa di dunia. Mitos dapat dipahami sebagai sebuah cerita yang berkaitan dengan dewa-dewa atau tentang kehidupan supernatural yang lain, juga sering mengandung sifat pendewaan manusia atau manusia keturunan dewa.
Mitos di desa Barongan
Makam Mbah Kyai Barong
Ayam putih mulus
Larangan mengambil benda di makam
Perintah berziarah
 

No
Larangan
Hukuman
Waktu Pelaksanaan
1
Menyembelih ayam putih mulus.
Tidak ada, hanya saja ayam itu tidak akan matang.
Selametan untuk dibawa ke makam Mbah Kyai Barong.
2
Perintah berziarah di makam Mbah Kyai Barong.
Tidak ada, mereka berziarah khususnya bagi yang muslim dan punya sugesti tentang hal tersebut.
Pada waktu ingin menetap tinggal di desa tersebut. Namun pada hari Jumat atau hari lainnya juga ada warga yang berziarah.
3
Larangan mengambil benda-benda di makam.
Mendapat musibah.
Kapan saja.


Setiap desa biasanya memiliki mitos tersendiri. Begitu pula dengan desa Barongan. Di desa barongan terdapat beberapa mitos:
1.      Di desa Barongan terdapat larangan menyembelih “Ayam mulus putih”. Alasan larangan tersebut karena dahulu Mbah Kyai Barong mendapat titipan untuk memberikan hadiah yang berupa ayam putih mulus kepada sunan Muria. Namun, karena kelalaiannya ayamnya lepas. Dan akhirnya ayam itu dapat kembali. Meskipun ayam itu sudah ditemukan, namun sebagai rasa penghormatan hadiah untuk sunan Muria maka di desa Barongan ada larangan menyembelih ayam putih mulus.


2.      Mbah Kyai Barong dikatakan dapat mengayomi masyarakat. Banyak para peziarah yang datang ke makam Mbah Kyai Barong, khususnya pada malam Jumat. Bahwa setiap orang yang bertempat tinggal di desa Barongan terlebih dahulu harus berziarah ke makam tersebut. Jika tidak orang itu tidak akan betah untuk tinggal di desa itu.
3.      Larangan bagi siapa yang mengambil benda apapun yang ada di makam Mbah Kyai Barong maka ia akan mendapatkan musibah, seperti sakit.

Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, ada 65% warga yang mengatakan biasa saja mengenai mitos tersebut. Maksudnya, dari ketiga mitos tersebut tergantung sugesti yang diyakini seseorang. Untuk larangan menyembelih ayam putih mulus bagi warga yang sudah mengetahui biasanya dilaksanakan karena memang sudah terbukti  jika ayam tersebut disembelih maka ayamnya tidak akan matang. Namun hal tersebut tidak membuat warga meyakini semuanya, karena hal tersebut bersifat sugesti. Sedangkan perintah berziarah ke makam Mbah Kyai Barong sebelum menetap tinggal di desa tersebut, tidak dijadikan sebagai keyakinan bahwa hal tersebut harus dilaksanakan. Perlu diketahui, di desa Barongan ada yang beragama non muslim juga, sehingga mereka juga tidak meyakini untuk berziarah karena tidak ada perintah dalam agamanya. Bagi orang muslim perintah berziarah merupakan hal yang biasa saja karena hal tersebut memang diperintahkan dalam agamanya dan sebagai bentuk penghormatan pada orang yang sudah meninggal. Serta untuk mitos yang ketiga tentang larangan mengambil benda-benda yang ada di makam Mbah Kyai Barong memang benar, karena mengambil barang yang bukan milik sendiri memang tidak boleh.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa desa Barongan memiliki tiga mitos, yaitu larangan menyembelih ayam putih mulus, perintah berziarah di makam Mbah Kyai Barong, dan larangan mengambil benda apapun yang ada di makam Mbah Kyai barong. Dari ketiga mitos tersebut, masyarakat ada yang percaya ada juga yang tidak. Karena perlu diketahui bahwa mitos itu sifatnya sugesti (tergantung kepercayaan orang itu sendiri). Sehingga hukuman jika melanggar mitos tersebut bisa dirasakan bagi yang memang percaya akan mitos tersebut.


D.    Dongeng Rakyat
Berdasarkan teori, bahwa dongeng rakyat merupakan cerita masa lampau yang diceritakan oleh orangtua kepada anaknya secara lisan dan turun-temurun sehingga selalu terdapat variasi penceritaan walau isinya kurang lebih sama (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).
Dongeng rakyat
Kesenian Barongan
Mbah  Kyai Barong
 
Di desa Barongan mempunyai dongeng rakyat yang diceritakan secara turun-temurun. Dongeng yang ada di desa Barongan yaitu:
1.      Mbah Kyai Barong
Pada zaman dahulu, di desa Barongan ada sosok seorang ulama yang bernama Mbah Kyai barong. Beliau itu orangnya baik, hidupnya sederhana, tidak membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Beliau di desa Barongan itu mengajarkan agama islam. Beliau juga memiliki seekor harimau yang sampai sekarang diwujudkan dalam bentuk kesenian Barongan. Sekarang Mbah Kyai Barong sudah meninggal dan dimakamkan di desa Barongan. Kesederhanaan Mbah Kyai Barong terbukti dari makam beliau yang hanya beralaskan semen dan tidak adanya penutup.
2.      Kesenian Barongan
Di desa Barongan ada yang namanya kesenian barongan karena dahulu itu ada sebuah cerita. Pada zaman dahulu Mbah Barong mempunyai seekor harimau. Dari hal tersebut, murid-muridnya tertarik untuk membuat topeng yang berwajah harimau (macan). Topeng tersebut dimainkan oleh murid-murid Mbah Kyai Barong dengan diiringi musik gamelan. Sampai sekarang permainan tersebut dikembangkan oleh penduduk desa Barongan yang dikenal dengan kesenian barongan. Warga desa Barongan ketika mempunyai acara, ada yang menyewa kesenian barongan untuk dimainkan sebagai bentuk hiburan. Namun, perlu diketahui bahwa kesenian barongan tidak hanya ada di desa Barongan. Di beberapa desa yang ada di Kudus juga mempunyai kesenian barongan yaitu desa Undaan, Ngloram, Nganguk, dan desa Kaliputu. Itulah cerita tentang kesenian barongan di desa Barongan. 
Berdasarkan hasil angket yang telah disebar, ada 70% warga mengatakan setuju bahwa kedua cerita tersebut dijadikan sebagai dongeng yang ada di desa Barongan. Selama ini warga desa Barongan hanya percaya bahwa Mbah Kyai Barong adalah seorang Kyai yang baik, mengajarkan agama islam, hidupnya yang sederhana, dan tidak membedakan antara orang yang kaya dengan yang miskin. Cerita tentang Mbah Kyai Barong tersebut adalah cerita yang diceritakan oleh warga desa Barongan kepada anak-anaknya secara turun temurun. Mitos yang berkaitan dengan beliau, warga tidak ingin Mbah Kyai Barong dikaitkan dengan seseorang yang menakutkan bagi warga desa Barongan karena Mbah Kyai Barong adalah orang yang baik. Dongeng rakyat kedua yang ada di desa Barongan yaitu kesenian barongan. Kesenian barongan tidak hanya ada di desa Barongan, tetapi di beberapa tempat lainnya juga dapat dijumpai tentang kesenian barongan. Kesenian barongan dijadikan sebagai dongeng karena mengandung nilai hiburan.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa untuk sementara ini dongeng yang terdapat di desa Barongan ada dua yaitu mengenai Mbah Kyai Barong dan kesenian barongan. Mbah Kyai Barong dikenal sebagai orang yang baik, tidak dikaitkan dengan adanya mitos yang berkembang di masyarakat desa Barongan. Karena mitos itu sifatnya menakutkan dan tergantung sugesti seseorang. Sedangkan kesenian barongan menjadi dongeng rakyat juga yang ada di desa Barongan sebagai bentuk cerita hiburan dari orangtua kepada anaknya. Kesenian barongan pun tidak hanya ada di desa Barongan tetapi konon katanya berasal dari desa Sukolilo, Pati yang kemudian masuk ke kota Kudus melewati desa Wonosoco, Undaan menuju desa Ngloram, Wergu, Nganguk, Barongan, dan Kaliputu.
Untuk nilai-nilai yang dapat diambil dari kedua dongeng tersebut yaitu dapat menerapkan karakter dan perbuatan dari sosok Mbah Kyai Barong yang baik, hidup sederhana, tidak membedakan antara yang kaya dengan yang miskin, ajaran islam yang disebarkan bagi yang meyakininya pada diri masing-masing. Untuk dongeng yang kedua dapat diambil nilai hiburan yang tergambar dari kesenian barongan tersebut dan mengenai topeng yang berwajah harimau tersebut dapat diartikan sebagai karakter yang gagah dan bijaksana.



E.     Epos
Dalam sebuah teori, epos adalah sebuah cerita panjang yang berbentuk syair (puisi) dengan pengarang yang tidak pernah diketahui, anonim. Epos berisi cerita kepahlawan seorang tokoh hero yang luar biasa hebat baik dalam kesaktian maupun kisah petualangan (Burhan Nurgiyantoro, 2010: 22).

Epos
Buka Luwur
Musik Barongan


Mengenai epos yang berkaitan dengan desa Barongan ada dua yaitu musik barongan dan acara buka luwur.
1.      Di desa Barongan ada yang namanya kesenian Barongan. Kesenian barongan ini tidak asli dari desa Barongan. Kesenian barongan ini dipentaskan dengan iringan musik gamelan. (Bunyi musik gamelan terlampir dalam video).
2.      Acara buka luwur yang diperingati setiap tanggal 15 Muharrom. Tujuan dari acara buka luwur yaitu mengganti kain mori yang ada di makam Mbah Barong. Dinamakan buka luwur karena meninggalnya Mbah Barong tidak diketahui. Pada acara buka luwur dilaksanakan di makam Mbah Kyai Barong. Sebelum tanggal 15 Muharrom, para warga melakukan persiapan seperti membersihkan makam dan memasak makanan untuk dibagikan ke warga sekitar. Dan pada malamnya acara diisi dengan penggantian luwur pada makam Mbah Kyai Barong, pembacaan sholawat, baca al-qur’an, baca tahlil dan sebagainya.
            Bardasarkan hasil angket yang telah disebar, bahwa ada 75% warga mengatakan setuju tentang kedua epos tersebut. Musik barongan berkaitan dengan kesenian barongan yang digunakan untuk mengiringi pementasan barongan. Musik tersebut sebagai salah satu bentuk musik gamelan (Musik barongan terlampirkan dalam bentuk vidio). Sedangkan epos yang kedua tentang buka luwur selalu ada pelaksanaannya setiap tanggal 15 Muharrom. Masyarakat desa Barongan ada yang non muslim, sehingga acara pelaksanaan tersebut hanya diikuti bagi yang memiliki keyakinan terhadap agama islam.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa epos yang terdapat di desa Barongan yaitu ada musik barongan dan tradisi buka luwur. Memang mengenai epos yang ada di desa Barongan tidak ada secara khusus yang membedakan antara desa Barongan dengan desa yang lainnya.
            Untuk nilai-nilai dalam epos desa Barongan yaitu tentang musik barongan yang berarti memiliki nilai budaya dan keindahan. Selain itu mengenai tradisi buka luwur berarti memiliki nilai keagamaan, tradisi, dan kebersamaan dalam pelaksanaan acara buka luwur tersebut.
 

BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Barongan merupakan suatu desa yang berada di kecamatan kota kabupaten Kudus. Desa Barongan terbagi menjadi lima dukuh yaitu Barongan Utara, Kramat Kecil, Karang Nongko, Kerjanan, dan Dalangan.
Desa Barongan mempunyai legenda, mitos, epos, dan dongeng rakyat. Legenda di desa Barongan yaitu berawal dari kedatangan Mbah Kyai Barong yang berasal dari Ngerum (Makkah). Sebelum masuk ke Kudus, beliau belajar bahasa ke Majahapit. Dan akhirnya beliau meninggal dibawah pohon pring yang besar (Barong), sehingga tempat itu dinamakan desa “Barongan”.
Di desa Barongan terdapat tiga mitos yaitu larangan menyembelih ayam putih mulus sebagai bentuk penghargaan untuk mbah kyai Barong, perintah untuk berziarah ke makam mbah kyai Barong terlebih dahulu ketika ingin tinggal menetap di Barongan, dan larangan mengambil benda yang ada di makam mbah kyai Barong.
Selain itu desa Barongan mempunyai dongeng yaitu asal mula kesenian Barongan dan cerita tentang Mbah Kyai Barong. Dan cerita tradisonal yang terakhir berkaitan dengan desa Barongan yaitu epos, bahwa di desa Barongan ada dua epos yaitu tradisi kesenian barongan dan tradisi buka luwur.
Sebagai pendukung data yang telah kami dapatkan ketika wawancara dengan beberapa tokoh desa tersebut, kami melakukan penyebaran angket ke beberapa warga di desa tersebut yaitu sebanyak 40 orang. Dari hasil angket tersebut dapat disimpulkan bahwa banyak warga desa mengetahui tentang legenda, mitos, epos, dan dongeng rakyat desa Barongan, karena mereka bukan penduduk asli desa tersebut. Meskipun ada beberapa hasil angket yang kurang sesuai dengan informasi yang kami dapatkan, namun kami mencoba mengambil jalan tengah dalam menyimpulkan data.



B.     Saran
Menurut kami, seharusnya cerita tradisional mengenai desa Barongan ada yang membukukan. Agar nantinya dapat dikenal masyarakat luas mengenai cerita tradisional yang berada di desa Barongan.
Untuk Dinas Pariwisata, seharusya membuat dokumentasi tentang cerita tradisional yang berada di kota Kudus, khususnya tentang cerita tradisional yang berada di desa Barongan. Serta  para pembaca semoga semakin terkesan dengan cerita tradisional yang telah kami sajikan. Saran dan kritik terhadap buku ini kami butuhkan untuk perbaikan dalam karya kami selanjutnya.



DAFTAR PUSTAKA

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Sastra Anak:Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Yani. 2013. Pengertian Legenda. Terdapat pada http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2357552-pengertian-legenda/. Diposting tanggal 15 Februari 2013.

Sugiarto. 2011. Selayang Pandang Desa Barongan. Kudus: Balai Desa Barongan Press.

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               

1 komentar: