Laporan Studi Lapangan Mauludan Jawian Desa Padurenan, Gebog, Kudus
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Sejarah merupakan rangkaian masa lalu
yang syarat akan makna bagi kehidupan manusia, baik untuk masa sekarang maupun
masa yang akan datang. Kesadaran akan sejarah perlu ditumbuhkembangkan agar
kita bisa mengenali jati diri dan menjadi masyarakat yang tidak mudah
tergoyahkan dalam era glbalisasi yang membawa pengaruh demikian kuat sehingga
mampu menggeser nilai-nilai kehidupan.
Upaya yang kami lakukan ini adalah
melakukan studi lapangan tentang “Mauludan Jawian” yang ada di desa Padurenan.
Dengan melakukan hal tersebut merupakan salah satu sumbangsih yang amat
berharga dalam menanamkan kesadaran sejarah bagi masyarakat Kudus khususnya.
Ini amat penting bagi pembaca pada umumnya, disamping untuk memberikan
informasi historis, agar bisa dipetik nilai-nilai keteladanan dari para tokoh
yang terlibat didalamnya, sebagai suri tauladan dalam kehidupan, juga bisa
mengetahui kapada masyarakat tentang sebuah fakta sejarah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
Latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut;
A. Apa pengertian
Mauludan Jawian?
B. Siapa
yang membawa tradisi Mauludan Jawian?
C. Mengapa
ada Mauludan Jawian?
D. Kapan
Mauludan Jawian dilaksanakan?
E. Dimana
Mauludan Jawian dilaksanakan?
F. Bagaimana
proses Mauludan Jawian?
G. Siapa yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan Mauludan Jawian?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan tujuan penulisan sebagai
berikut:
A. Untuk
mengetahui pengertian Mauludan Jawian
B. Untuk
mengetahui pembawa tradisi Mauludan Jawian
C. Untuk
mengetahui alasan diadakan Mauludan Jawian
D. Untuk
mengetahui waktu pelaksanaan Mauludan Jawian
E. Untuk
mengetahui tempat Mauludan Jawian dilaksanakan
F. Untuk
mengetahui proses Mauludan Jawian
G. Untuk
mengetahui penanggung jawab atas pelaksanaan Mauludan Jawian
D. Metode Pengumpulan Data
Adapun
metode penelitian yang digunakan tim penulis adalah:
1. Metode Observasi (Pengamatan Secara Langsung)
2. Metode Dokumentasi (Pengumpulan Data)
3. Metode Interview (Wawancara)
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Sejarah
Sejarah merupakan salah satu hal yang saat ini berkaitan
erat dengan kehidupan kita dan mengandung berbagai makna dan kontroversi
mengenai apa sesungguhnya pengertian sejarah seperti yang dipahami selama
ini.
Berikut ini
adalah beberapa pengertian dan definisi sejarah menurut beberap ahli:
1.
Pengertian Sejarah Menurut "Bapak
Sejarah" Herodotus
Sejarah ialah satu kajian untuk
menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan
peradaban.
2.
Pengertian Sejarah Menurut
Aristotle
Sejarah merupakan satu sistem yang meneliti suatu
kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yang sama,
menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yang mempunyai
catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yang konkrit.
3.
Pengertian Sejarah Menurut
Muthahhari,
Ada tiga cara mendefinisikan sejarah dan ada tiga
disiplin kesejarahan yang saling berkaitan, yaitu:
a.
sejarah tradisional (tarikh naqli) adalah pengetahuan
tentang
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
kejadian-kejadian, peristiwa-peristiwa dan keadaan-keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya dengan keadaan-keadaan masa kini.
b.
sejarah ilmiah (tarikh ilmy), yaitu pengetahuan
tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau yang diperoleh
melaluipendekatan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa lampau.
c.
filsafat sejarah (tarikh falsafi), yaitu pengetahuan
tentang perubahan-perubahan bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke
tahap lain, ia membahas hukum-hukum yang menguasai perubahan-perubahan ini.
Dengan kata lain, ia adalah ilmu tentang menjadi masyarakat, bukan tentang
mewujudnya saja.
B. Pengertian Kebudayaan
1.
Edward B. Taylor
Kebudayaan
merupakan keseluruhan yang kompleks, yang didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adapt istiadat, dan
kemampuan-kemampuan lain yang didapat oleh seseorang sebagai anggota
masyarakat.
2.
Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti
buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat,
yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk
mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya
guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib
dan damai.
3.
Arkeolog R. Seokmono
Kebudayaan adalah seluruh hasil usaha manusia, baik berupa benda ataupun
hanya berupa buah pikiran dan dalam penghidupan.
Kebudayaan adalah seperangkat peraturan dan norma yang dimiliki bersama
oleh para anggota masyarakat, yang jika dilaksanakan oleh para anggotanya akan
melahirkan perilaku yang dipandang layak dan dapat di terima oleh semua
masyarakat.
Ø Menurut J.J. Hoenigman, wujud
kebudayaan dibedakan menjadi
tiga,yaitu:
1.
Gagasan
(Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide,
gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya
abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam
kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut
menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan
ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga
masyarakat tersebut.
2.
Aktivitas
(tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan
sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini
sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari
aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta
bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat
tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat
diamati dan didokumentasikan.
3.
Artefak
(karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,
perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau
hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling
konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu
tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud
kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan
karya (artefak) manusia.
Ø
Berdasarkan wujudnya tersebut,
kebudayaan dapat digolongkan
atas dua komponen utama:
a.
Kebudayaan
material
Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan
masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah
temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah
liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup
barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian,
gedung pencakar langit, dan mesin cuci.
b.
Kebudayaan
nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari
generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian
tradisional.
Ø
Kebudayaan secara umum dapat dibagi
menjadi dua macam yaitu :
a.
Kebudayaan Daerah
adalah kebudayaan dalam wilayah atau
daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu
pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini
muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan
sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka
dengan penduduk – penduduk yang lain. Budaya daerah mulai terlihat berkembang
di Indonesia pada zaman kerajaan – kerajaan terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari
cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat
kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain.
b.
Kebudayaan Nasional
adalah gabungan dari budaya daerah
yang ada di Negara tersebut. Itu dimaksudkan budaya daerah yang mengalami asimilasi
dan akulturasi dengan dareah lain di suatu Negara akan terus tumbuh dan
berkembang menjadi kebiasaan-kebiasaan dari Negara tersebut. Misalkan daerah
satu dengan yang lain memang berbeda, tetapi jika dapat menyatukan perbedaan
tersebut maka akan terjadi budaya nasional yang kuat yang bisa berlaku di semua
daerah di Negara tersebut walaupun tidak semuanya dan juga tidak
mengesampingkan budaya daerah tersebut. Contohnya Pancasila sebagai dasar
negara, Bahasa Indonesia dan Lagu Kebangsaan yang dicetuskan dalam Sumpah
Pemuda 12 Oktober 1928 yang diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di
Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan
pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap
dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan “bhineka tunggal ika”.
C. Pengertian Tradisi
Tradisi adalah suatu pola perilaku
atau kepercayaan yang telah menjadi bagian dari suatu budaya yang telah lama
dikenal sehingga menjadi adat istiadat dan keparcayaan yang secara
turun-temurun (Soekanto, 1993: 520).
BAB
III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Mauludan Jawian
Mauludan Jawian adalah sebuah tradisi
yang dilaksanakan di Padurenan pada tanggal 12 Robiul Awwal yaitu tepatnya pada
tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Disebut dengan Mauludan Jawian karena
lagu-lagu dalam pelaksanaan Mauludan Jawian tersebut bernuansa Jawa. Lagu-lagu
tersebut hampir mirip dengan lagu kinanthi dan lagu-lagu Jawa lainnya. Mauludan
Jawian dilaksanakan dengan berzanzi dan syaroful anam.
Mauludan Jawian dilaksanakan murni
dengan suara, tanpa menggunakakn alat seperti jidur, rebana, atau alat-alat
musik Islam lainnya. Hal tersebut dilaksanakan agar pelaksana Mauludan Jawian
khusyu’ dalam berdo’a. Mauludan jawian mempunyai pengaruh terhadap rohani
seseorang untuk menentramkan hati dan pikiran karena termasuk penghormatan
terhadap Nabi agung kita Muhammad SAW.
B.
Pembawa
Tradisi Mauludan Jawian
Pembawa tradisi Mauludan Jawian adalah
Raden Muhammad Syarif. Beliau adalah putra bungsu dari Bupati Sumenep (Macan
Wulung Yudonegoro). Awal kisah, Bupati Sumenep (Macan Wulung Yudonegoro) memiliki
2 putra. Ketika dikalahkan oleh Cokroningrat IV, putranya yang sulung
dikalahkan bersama Belanda. Putra sulung tersebut tidak diketahui namanya
secara pasti. Adapun putranya yang bungsu bernama Raden Muhammad Syarif.
Setelah Raden Muhammad Syarif mengetahui bahwa kakaknya bersekutu dengan
Belanda dan memfitnahnya, maka Raden Muhammad Syarif pergi mengembara dengan
meninggalkan istrinya. Ketika itu raden Muhammad syarif belum memiliki
keturunan. Pengembaraan Raden Muhammad Syarif tidak melewati jalur darat,
melainkan melewati jalur laut (utara Jawa). Muhammad Syarif tidak membawa
apa-apa melainkan hanya satu buah gentong, kitab kitab Al-Qur’an, baju pusaka,
dan empat buah kelapa untuk membantu pengarungan laut Jawa. Dari Sumenep
melewati laut utara terus ke barat sampai ke kabupaten Jepara dengan
selamat.
Raden Muhammad Syarif terus berjalan dan
melewati daerah Mantingan, Syiripan, Mayong, Tunggul Syaripan, Gebog, Buloh,
Geringging, Jurang, Ngepon, Manisan, Ngaringan, Gerjen, dan akhirnya sampailah
Raden Muhammad Syarif di desa Padurenan.
Dikatakan bahwa ketika membuka lahan,
Raden Muhammad Syarif menemukan buah yang belum pernah beliau jumpai
sebelumnya. Bentuknya seperti beluluk (kelapa yang masih muda dan kecil),
bundar dan kulit luarnya berduri yaitu buah Kenongo. Berhubung Raden Muhammad
Syarif belum tahu namanya, maka beliau berkata: “buah ini sebangsa duren
(durian) atau duren-durenan. Jadi namanya desa Ndorenan”. Inilah nama yang
asli.
Perjalanan Raden Muhammad Syarif sampai
di Padurenan yaitu sekitar 300 tahun yang lalu, bertepatan dengan turunnya
Pangeran Diponegoro. Setelah cukup lama tinggal di Padurenan, beliau tidak
berkelana lagi dan sudah merasa nyaman berada di Padurenan. Beliau juga sudah
berhasil dalam berdakwah, salah satu diantaranya yaitu tradisi Mauludan Jawian.
Beliau membawa tradisi tersebut dari daerah Madura. Oleh karena itu, lagu-lagu
Mauludan Jawian yang ada di Padurenan mirip dengan lagu-lagu Mauludan Jawian
yang ada di daerah Madura. Itu adalah sejarah adanya mauludan Jawian.
Setelah dirasa nyaman dan tinggal
menetap di Padurenan, beliau memiliki keinginan untuk membangun masjid. Raden
Muhammad Syarif pun mempersiapkan alat-alat pertukangan dan kayu penyangga
(soko). Soko yang ingin digunakan untuk membangun masjid di Gerjen diambil dan
didirikan di Padurenan. Masjid bisa berdiri sempurna kira-kira pada tahun 1029
H atau 1789 M. Sampai sekarang masjid tersebut digunakan untuk pelaksanaan
Mauludan Jawian. Masjid tersebut diberi nama Masjid As-Syarif. Nama masjid
diambil dari nama beliau, karena beliau telah berjasa dalam pembangunan masjid
tersebut. Seiring berjalannya waktu, masjid tersebut mengalami rehab yang
pertama yaitu pada tahun 1209 H. Jadi, rehab yang pertama dilaksanakan
kira-kira sudah 200 tahun yang lalu.
Disisi lain, ketika Raden Muhammad
Syarif berangkat mengembara meninggalkan Sumenep, sebenarnya beliau baru saja
melakukan pernikahan kira-kira baru tiga bulan. Karena keadaan pada waktu itu
tidak aman (pasca perang dengan Sekutu) maka istrinya tidak diajak dan diberi
pesan agar menyusulnya di hari dan bulan yang lain. Raden Muhammad Syarif
berkata: “kalau keadaan sudah aman kamu boleh menyusul dan jangan lupa Raden
Syuhud (sepupu Raden Muhammad Syarif / paman Pangeran Diponegoro) diajak untuk
menemani, arah tujuan adalah kebarat ditanah Jawa pesisir utara antara Kudus
dan Jepara”.
Setelah benar-benar aman, istri Raden
Muhammad Syarif pun menyusul dan apa yang menjadi pesan Raden Muhammad Syarif
selalu ditaati (mengajak Raden Syuhud). Dalam perjalanannya, istri Raden
Muhammad Syarif selalu mendapatkan banyak rintangan, akan tetapi semuanya dapat
diatasi berkat kepintaran Raden Syuhud. Ketika sudah sampai di Kudus, istri
Raden Muhammad Syarif pun mulai menanyakan keberadaan suaminya kepada orang
yang dilewati. Sampai akhirnya istri Raden Muhammad Syarif berada di desa Gebog
dan bertemu dengan seorang ibu janda yang mengetahui keberadaan Raden Muhammad
Syarif.
Di desa gebog, istri Raden Muhammad
Syarif dan Raden Syuhud menginap di rumah ibu janda. Ibu janda tersebut
menceritakan banyak hal tentang Raden Muhammad Syarif. Tetapi tiba-tiba istri
Raden Muhammad Syarif tersebut menderita sakit, dan semakin hari sakitnya
semakin parah. Karena hal tersebut, istri Raden Muhammad Syarif menitip pesan
kepada ibu janda:
1. Desa
ini nemanya tetap Gebog Syaripan
2. Pekerjaan
menenun ini teruskan karena memang sudah menjadi penghasilan kamu sampai anak
cucu.
3. Seandainya
pagi atau sore saya dipanggil oleh Yang Maha Kuasa, saya mohon agar dikubur
disini saja.
4. Keluarga
Gebog dan anak cucunya dimana saja, setelah selesai akad nikah supaya mengingat
dan berziarah ke makamku. Hal ini supaya kelak kalau berumah tangga bisa
tentram dan aman rukun selamanya.
“Saya
menjadi semakin sakit dan belum bisa bertemu dengan suamiku. Ini sangat berat rasanya.
Namun walaupun saya belum bertemu di dunia, saya berharap bisa bertemu besok di
akhirat. Jangan lupa pesan saya bu..” kata istri Raden Muhammad Syarif.
Tidak berselang lama, istri Raden
Muhammad Syarif pun di panggil oleh Allah SWT. Dan apa yang menjadi wasiat
istri Raden Muhammad Syarif tadi dilaksanakan oleh ibu janda semua. Kejadian
ini kira-kira tahun 1752 M.
Setelah wafatnya istri Raden Muhammad
Syarif, Raden Syuhud meneruskan perjalanannya. Dan akhirnya beliau bertemu
dengan Raden Muhammad Syarif. Raden Syuhud menceritakan semua kejadian kepada
Raden Muhammad Syarif, dan beliau juga menceritakan tentang ibu janda dan
menunjukkan tempat pemakaman istri Raden Muhammad Syarif.
Semua itu adalah sekilas dari perjalanan
dan sejarah Raden Muhammad Syarif. Beliau akhirnya wafat di Padurenan dan di
makamkan di Padurenan, tepatnya di belakang Masjid As-Syarif. Sampai sekarang,
Raden Muhammad Syarif pasti di khauli, yaitu pada legi akhir pada bulan
muharram. Untuk hari dan tanggal bisa berganti, tetapi harus legi akhir bulan
muharram.
C.
Alasan
diadakannya Mauludan Jawian
Menurut para sesepuh di Padurenan, pada
zaman dahulu di desa Padurenan sering ada musibah. Kata para sesepuh, ada sosok
jin yang sering mengganggu kehidupan masyarakat Padurenan, sehingga mengganggu
ketentraman dan kedamaian masyarakat Padurenan. Seperti contoh ketika ada warga
yang akan mengadakan khajatan seperti sunatan, nikahan atau acara syukuran,
pasti mengalami musibah. Misalnya saja ketika acara pernikahan, salah satu
pengantin ada yang pingsan, atau ketika acara khitan, anak yang akan dikhitan
tersebut merasa sakit, dan ketika syukuran, waktu menanak nasi tidak matang.
Hal tersebut, menjadikan warga resah dan bingung.
Jadi, untuk mengusir jin tersebut, warga
yang akan melakukan khajatan harus membawa satu opor ayam dan candu
(candu=ganja). Candu dan opor tersebut dibawa ke belakang masjid, kemudian
candu tersebut dibakar sebagai wujud agar jin tersebut tidak mengganggu acara
khajatan yang akan dilakukan. Tetapi, seiring berjalannya waktu, tradisi
memakai candu tersebut dirombak oleh Mbah Mawardi (sesepuh) karena candu
termasuk barang larangan di negara kita.
Dengan demikian, warga Padurenan setiap
tanggal 12 Rabiul Awwal mengadakan Mauludan Jawian. Dan dengan diadakannya
Mauludan Jawian tersebut, jin yang
dahulu selalu mengganggu kehidupan warga sekarang ini sudah menghilang. Kata
para sesepuh, jika Mauludan Jawian tidak diadakan dan tidak dilaksanakan secara
terus-menerus sampai besok, maka jin yang dahulu mengganggu akan datang lagi. Dengan
begitu, hingga saat ini masyarakat Padurenan selalu melaksanakan Mauludan
Jawian.
D.
Waktu
Pelaksanaan Mauludan Jawian
Waktu pelaksanaan Mauludan Jawian yaitu
tepat pada tanggal 12 Rabiul Awwal, yaitu tepat pada kelahiran Nabi Muhammad
SAW. Mauludan Jawian mulai di laksanakan pada jam 8 malam sampai jam setengah 1
malam. Tetapi jika ada istirahatnya, maka sampai jam 1 malam. Mauludan Jawian
dilaksanakan di Masjid As-Syarif.
E.
Tempat
Pelaksanaan Mauludan Jawian
Mauludan Jawian dilaksanakan di Masjid
As-Syarif Padurenan yang paling tua, karena masyarakat Padurenan sangat
menghormati masjid yang paling tua sebagai kehormatan dimana masjid tersebut
dibangun oleh Raden Muhammad Syarif. Biasanya setelah tanggal 12 Rabiul Awwal
juga diadakan Mauludan lagi di mushola-mushola dan masjid-masjid di Padurenan
yang lain. Tetapi khusus untuk tanggal 12 Rabiul Awwal itu dilaksanakan di
masjid peninggalan Raden Muhammad Syarif.
F.
Proses
Pelaksanaan Mauludan Jawian
Proses awal dilaksanakan Mauludan Jawian
itu harus pada tanggal 12 Rabiul Awwal, sebagai penghormatan kepada kelahiran
Nabi Muhammad SAW. Mauludan Jawian dilaksanankan di masjid As-Syarif (masjid
peninggalan Raden Muhammad Syarif) pada jam 8 malam sampai jam 1 malam. Masyarakat
yang menghadiri Mauludan Jawian yaitu sekitar 500 sampai 600 orang. Masyarakat
tersebut terdiri dari anak-anak kecil, orang dewasa, hingga orang yang sudah
tua dan lanjut usia. Jadi, semua lapisan masyarakat mengikutinya. Pelaksanaan
Mauludan Jawian tersebut dihadiri masyarakat tanpa menggunakan undangan.
Mauludan Jawian antara lain berzanzi dan
syaroful anam. Orang yang membaca berzanjian itu turun-temurun, namun pada
generasi sekarang jarang yang berani
memimpin. Al-berzanzinya dibaca mulai dari awal sampai akhir, yang didalamnya
ada 18 bagian. Orang yang memimpin Al-berzanzi itu harus mempunyai suara yang
keras serta baik. Untuk sholawatannya tidak otodidak, tetapi ada latihannya,
yaitu dengan sering mendengarkan maka lama kelamaan akan terbiasa dan bisa.
Seseorang yang memimpin sholawatan tersebut harus mempunyai suara yang keras
dan napas yang panjang. Dan seseorang yang memimpin itu empat orang. Dengan dua
orang di sebelah kiri dan dua orang disebelah kanan. Separuh bait dibacakan dua
orang, kemudian separuh baitnya lagi dibaca dua orang yang lainnya.
Proses pelakasanaan Mauludan Jawian diawali
dari iftitah, tahlil, kemudian Mauludan Jawian dan tidak ada mauidoh terlebih
dahulu. Ditengah acara tersebut ada istirahatnya (makan & minum). Mauludan
Jawian itu akan terasa khidmat kalau sudah jam 11 malam dimana suasana sudah
hening dan hati terasa tenang dan tentram.
Dalam pelaksanaan Mauludan Jawian tidak
ada ritual terlebih dahulu, hanya berzanzi saja. Kebanyakan yang mengikuti
Mauludan jawian itu adalah orang-orang yang tenang. Tidak mungkin orang yang
jarang sholat dan berperilaku buruk akan mengikuti Mauludan Jawian. Yang
membedakan Mauludan jawian dengan Mauludan lainya adalah terletak pada
lagunnya.
Sebenarnya Mauludan Jawian dahulu itu
tidak didaerah Padurenan saja, yaitu ada juga di daerah Gerjen dan Besito.
Tetapi karena tidak ada yang meneruskannya, maka tradisi Mauludan Jawian
tersebut hilang. Dan untuk di daerah Padurenan ini merupakan suatu keharusan
malakukan Mauludan Jawian, sehingga sampai sekarang Mauludan Jawian tetap ada
di Padurenan.
G.
Penanggung
Jawab Pelaksanaan Mauludan Jawian
Yang bertanggung jawab atas pelaksanaan
Mauludan Jawian adalah pengurus masjid. Dan yang menjalankan atau mengawasi
jalannya Mauludan Jawian yaitu kabid (kepala bidanng) imaroh.
BAB
IV
PENUTUP
A. Simpulan
Mauludan Jawian adalah sebuah tradisi
yang dilaksanakan di Padurenan pada tanggal 12 Robiul Awwal yaitu tepatnya pada
tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW. Disebut dengan Mauludan Jawian karena
lagu-lagu dalam pelaksanaan Mauludan Jawian tersebut bernuansa Jawa. Pembawa
tradisi Mauludan Jawian adalah Raden Muhammad Syarif dari Sumenep.
Mauludan Jawian dilaksanakan di Masjid
As-Syarif Padurenan yang paling tua dimana masjid tersebut dibangun oleh Raden
Muhammad Syarif. Proses pelakasanaan Mauludan Jawian diawali dari iftitah,
tahlil, kemudian Mauludan Jawian dan tidak ada mauidoh terlebih dahulu.
Ditengah acara tersebut ada istirahatnya (makan & minum). Mauludan Jawian
mulai di laksanakan pada jam 8 malam sampai jam setengah 1 malam.
B.
Saran
Sebagai masyarakat yang cinta dengan
kebudayaan dan tradisi, sudah seharusnya kita melaksanakan tradisi dan
kebudayaan tersebut dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Narasumber : Bapak K.H Ahmad Asnawi
Afandi Kusuma. 2013. Definisi Kebudayaan
Menurut Para Ahli. Terdapat pada http://afand.abatasa.com/post/detail/6923/. Diposting pada
11 Oktober 2009
Ifzanul. 2013. Definisi Sejarah Menurut Para Ahli.
Terdapat pada http://ifzanul.blogspot.com/2009/12/definisi-sejarah-menurut-para-ahli.html.
Diposting pada 08 Desember 2009
Zuba’i,
Ahsinillaits. 2012. Sejarah Desa
Padurenan. Kudus: Pemerintah Desa Padurenan Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus
Casino Bet with Bitcoin at Createpk.com
BalasHapusCasino tenpro Bet with Bitcoin at Createpk.com. Register 에볼루션 바카라 for an account 먹튀 사이트 조회 and you will be invited 망고 도매인 to partake in the casino's Bet with 돈포차 BTC and other cryptocurrencies at Createpk.com.